PENGAJARAN BAHASA DENGAN METODE SILENT WAY, CALEB GATTEGNO

Back to HOME  –  ABOUT KANYA

  1. Pendahuluan

Silent Way adalah nama suatu metode pengajaran bahasa yang ditemukan oleh Caleb Gattegno.

Hipotesis-hipotesis pembelajaran yang mendasari metode Gattegno ini adalah:

  1. Pembelajaran dipermudah jika si pembelajar mendapatkan atau menciptakan hal baru dibandingkan dengan mengingat dan mengulang apa yang harus dipelajari.
  2. Pembelajaran dipermudah dengan menggunakan objek fisik.
  3. Pembelajaran dipermudah dengan pemecahan masalah yang melibatkan materi yang diajarkan.

Menurut Jerome Bruner, seorang filsuf dan psikolog pendidikan, pengajar dan pembelajar berada dalam posisi yang lebih kooperatif. Pembelajar bukanlah hanya pendengar melainkan juga ikut berperan aktif dalam pembelajaran. (Bruner 1966:83). Hal ini sesuai dengan Silent Way yang memandang pembelajaran sebagai suatu aktivitas pencarian hal baru yang kreatif dan aktivitas pemecahan masalah, di mana si pembelajar menjadi pelaku utama. Keuntungan dari cara pembelajaran ini adalah a) meningkatnya potensi intelektual, b) bergesernya pemahaman dari ekstrinsik ke intrinsik, c) pembelajaran melalui penemuan oleh diri sendiri, d) membantu fungsi memori.

Silent Way juga dikaitkan dengan serangkaian premis yang disebut sebagai “pendekatan-pendekatan problem solving pada pembelajaran”. Premis-premisnya ini terwakili oleh ucapan Benjamin Franklin:

Tell me and I forget

Teach me and I remember,

Involve me and I learn

 

  1. Prinsip-Prinsip Dasar Silent Way dalam Pengajaran Bahasa

Seperti metode-metode lainnya, Gattegno menjadikan pemahamannya terhadap proses pembelajaran bahasa pertama sebagai dasar untuk membuat prinsip-prinsip mengajar bahasa asing bagi orang dewasa. Gattegno menganjurkan agar pembelajar kembali ke cara bayi belajar.

Gattegno mengusulkan artificial approach yang didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran yang berhasil melibatkan sebuah komitmen diri pada pemerolehan bahasa melalui kesadaran dan uji coba aktif. Penekanan Gattegno yang berulang-ulang pada lebih pentingnya pembelajaran daripada pengajaran, menempatkan komitmen dan prioritas diri pembelajar sebagai fokus.

Diri yang dimaksud di sini terdiri atas dua sistem, yaitu sistem pembelajaran dan sistem pemerolehan. Sistem Pembelajaran diaktifkan oleh kesadaran intelegensi. Silence dianggap sebagai cara yang terbaik untuk pembelajaran, karena dengan silence para pembelajar berkonsentrasi pada tugas yang diselesaikan dan cara-cara potensial untuk penyelesaiannya. Silence, yang menghindari pengulangan, menjadi alat bantu bagi kesadaran, konsentrasi, dan  kesiapan mental.

Sistem Pemerolehan memungkinkan kita untuk mengingat unsur-unsur bahasa dan prinsip-prinsipnya, dan memungkinkan komunikasi bahasa berlangsung. Pemerolehan dengan upaya mental, kesadaran, dan kebijaksanaan lebih efisien daripada pemerolehan melalui pengulangan mekanis.

Kesadaran dapat diajarkan. Ketika seseorang belajar ‘secara sadar’, kekuatan kesadaran seseorang dan kapasitasnya untuk belajar menjadi lebih besar. Karena itu, Silent Way menyatakan bahwa hal tersebut mempermudah apa yang disebut para psikolog sebagai Learning to learn. Rangkaian proses yang membangun kesadaran berasal dari perhatian, penggunaan, perbaikan diri, dan penyerapan. Kegiatan koreksi diri melalui kesadaran diri inilah yang membuat Silent Way berbeda dari metode pembelajaran bahasa yang lain.

Tetapi Silent Way bukanlah semata-mata sebuah metode pengajaran bahasa. Gattegno melihat pembelajaran bahasa melalui silent way sebagai pengembalian potensi dan kekuatan diri. Tujuan Gattegno bukanlah sekedar pembelajaran bahasa kedua, melainkan pendidikan untuk kepekaan dan kekuatan spiritual individu.

Tujuan umum Silent Way adalah mengajarkan pembelajar bagaimana cara belajar bahasa, dan keterampilan-keterampilan yang dikembangkan  melalui proses pembelajaran bahasa asing atau bahasa kedua dapat digunakan untuk mempelajari segala hal lain yang belum diketahui.

  1. Penutup

Meskipun karya Gattegno ini terkesan filosofis, dalam prakteknya Silent Way tidaklah serevolusioner seperti yang dibayangkan. Inovasi-inovasi dalam metode Gattegno berakar dari cara-cara dimana kegiatan kelas diselenggarakan, peran guru yang tidak langsung yang diperlukan dalam mengarahkan dan memonitor kemampuan pembelajar, tanggung jawab yang terletak pada pembelajar untuk mencari tahu dan menguji hipotesa mereka tentang kegunaan bahwa, serta bahan-bahan yang digunakan untuk memperoleh dan mempraktekan bahasa.

Pendeknya menurut saya, mengajar sebuah bahasa dengan silent way rasanya seperti memimpin sebuah tim penyelidik dalam sebuah perjalanan menuju  pencarian hal baru. Seperti detektif, para siswa berusaha memecahkan setiap teka-teki yang mereka temukan dan ketika mereka menggabungkannya, mereka menjadi sama yakinnya dengan guru mereka dalam penguasaan bahasa baru tersebut.

 

  1. Rujukan

Bruner, Jerome. 1966. On Knowing: Essay for the Left Hand.

New York: Atheneum

Gattegno, C. 1972. Teaching Foreign Languages in Schools: The Silent Way.

2nd ed. New York: Educational Solutions

Richard, Jack C. 1986. Approach and Methods in Language Teaching. New York:

University of Cambridge Press

http://www.saudicaves.com/gattegno.htm

6 Responses to “PENGAJARAN BAHASA DENGAN METODE SILENT WAY, CALEB GATTEGNO”

  1. thanks banget atas ilmu..

    Like

  2. sangat mencerahkan thanks

    Like

  3. keren sist… 🙂 membantu banget

    Like

  4. thanks sis…
    membantu banget buat gambaran penelitian skripsi saya 🙂

    Like

Leave a comment